Senin, 04 Juni 2018

Agama dan Filsafat


AGAMA DAN FILSAFAT





KELOMPOK: 12
NAMA:
INDAH KHAIRUN NISYA
PAMELA DYLAN YUNIAR
SHAHNAZ FACHRIYANTHY









UNIVERSITAS GUNADARMA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “AGAMA DAN FILSAFAT.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak / rekan yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa me-ridhoi segala usaha kita. Aamiin.






Depok, 06 November 2017



Kelompok 12





BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Istilah filsafat dan agama mengandung pengertian yang dipahami secara berlawanan oleh banyak orang. Filsafat dalam cara kerjanya bertolak dari akal, sedangkan agama bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak kaitan dengan berfikir sementara agama banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat mebahas sesuatu dalam rangka melihat kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu logis atau bukan. Agama tidak selalu mengukur kebenaran dari segi logisnya karena agama kadang-kadang tidak terlalu memperhatikan aspek logisnya.

Filsafat Islam pada dasarnya bertujuan untuk mempertemukan antara agama dengan filsafat. Permasalahan yang kemudian timbul adalah bagaimana mempertemukan agama sebagai wahyu Tuhan dengan filsafat sebagai hasil ciptaan dan pikiran manusia. Permasalahan ini muncul ketika kebenaran agama harus dipertemukan dengan kebenaran filsafat yang berlandaskan pemikiran dan logika manusia.

Alternatif jawaban atas pertanyaan tersebut tidak lebih dari tiga kemungkinan. Pertama, berpegang teguh kepada agama dan menolak filsafat. Ini adalah pendapat orang beragama yang tidak berfilsafat. Kedua, sebaliknya, berpegang teguh kepada filsafat dan menolak agama, dan ini adalah pendapat orang yang berfilsafat dengan tidak mengindahkan kaidah-kaidah agama. Ketiga, mengupayakan pemaduan antara filsafat dengan agama menurut cara tertentu, dan cara inilah yang ditempuh oleh para filosof muslim ataupun para filosof yang memperhatikan kaidah-kaidah agama, mereka berpegang teguh pada filsafat dengan tanpa mengurangi keteguhan mereka dalam memegang Islam serta meletakkan filsafat pada posisi yang sejajar dengan Islam.



1.2  Rumusan Masalah

1.     Apa pengertian agama dan filsafat?
2.     Apa hubungan agama dan filsafat?
3.     Bagaimana pemecahan masalah melalui filsafat?


1.3 Tujuan Penulisan
1.     Untuk mengetahui pengertian agama dan filsafat
2.     Untuk mengetahui hubungan antara filsafat dan agama
3.     Untuk mengetahui cara pemecahan masalah melalui filsafat


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agama

Kata agama dalam Kitab suci Al-Qur'an dan hadits Nabi mempunyai makna antara lain: pahala dan balasan, ketaatan dan penghambaan, kekuasaan, syariat dan hukum, umat, kepasrahan dan penyerahan mutlak, aqidah, cinta, akhlak yang baik, kemuliaan, cahaya, kehidupan hakiki, amar ma'ruf nahi munkar, amanat dan menepati janji, menuntut ilmu dan beramal dengannya, dan puncak kesempurnaan akal.

Agama ialah suatu sistem credo (tata keyakinan), ritus (peribadatan) dan sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan alam lainnya sesuai tata ketentuan yang telah ditetapkan. Menurut sumbernya agama dibagi menjadi 2 yaitu:
1.     Agama samawi (agama wahyu atau langit)
2.     Agama budaya (agama bumi)

Contoh dari agama samawi salah satunya adalah islam. Agama islam adalah wahyu dari Allah yang diturunkan pada rasul-Nya sebagai suatu sistem keyakinan dan tata aturan yang mengatur segala pri-kehidupan dan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama makhluk maupun alam yang bertujuan mencari keridhaan Allah serta keselamatan dunia dan akhirat.

Agama islam bersumber dari kitab suci yaitu kodifikasi wahyu Allah swt untuk umat manusia di atas planet bumi berupa Al quran sebagai penyempurna wahyu-wahyu Allah sebelumnya.

Agama Budaya adalah agama yang berkembang berdasarkan budaya, daerah, pemikiran seseorang yang kemudian diterima secara global. Serta tidak memiliki kitab suci dan bukan berlandaskan wahyu. Berasal dari daerah dan kepercayaan masyarakat, ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan akal pikiran penganutnya konsep ketuhanannya panthaisme, dinamisme, dan animisme.
2.2 Pengertian Filsafat

Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos pecinta, sophia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya "cinta akan kebijaksanaan". Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya.

Dari arti di atas, kita kemudian dapat mengerti filsafat secara umum. Filsafat adalah suatu ilmu, meskipun bukan ilmu tak biasa, yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Bolehlah filsafat disebut sebagai suatu usaha untuk berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Hal yang membawa usahanya itu kepada suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang terkompleks. Filsafat, "Ilmu tentang hakikat". Di sinilah kita memahami perbedaan mendasar antara "filsafat" dan "ilmu (spesial)" atau "sains". Ilmu membatasi wilayahnya sejauh alam yang dapat dialami, dapat diindera, atau alam empiris. Ilmu menghadapi soalnya dengan pertanyaan "bagaimana" dan "apa sebabnya". Filsafat mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai makna, kebenaran, dan hubungan logis di antara ide-ide dasar (keyakinan, asumsi dan konsep) yang tidak dapat dipecahkan dengan ilmu empiris.

Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal hakikat yang ada.

2.3 Hubungan Agama dan Filsafat

Filsafat dan agama baru dapat dirasakan faedahnya dalam kehidupan manusia apabila merefelesikanya dalam diri manusia. Filsafat yang sejati haruslah berdasarkan kepada agama, apabila filsafat tidak beradasarkan agama, dan hanya semata-mata berdasarkan atas akal pikiran saja, maka filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran objektif.  Karena yang memberikan pandangan dan putusan adalah akal pikiran.

Filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflesif dengan manusia artinya keduanya tidak ada alat penggerak dan tenaga utama di dalam diri manusia, yang dikatakan alat dan penggerak tenaga utama pada diri manusia adalah akal, pikiran, rasa, dan kenyakinan. Dengan alat ini manusia akan mencapai kebahagiaan bagi dirinya. Agama dapat menjadi petunjuk, pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam menempuh hidupnya dengan harapan penuh keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan. Manakala manusia menghadapi masalah yang rumit dan berat, maka timbullah kesadaranyna, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak berdaya untuk mengatasinya dan timbulnya kepercayaan dan keyakinan bahwa yang dapat menolong dan menangkan hidupnya adalah Tuhan Sang Pencipta.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa filsafat dan agama adalah dua pokok persoalan yang berbeda, namun memiliki hubungan. Agama banyak berbicara tentang hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa, sedangkan filsafat seperti yang dikemukakan di atas bertujuan menemukan kebenaran. Jika kebenaran yang sebenarnya itu mem-punyai ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat.

Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikir-kan. Karena filsafat mempunyai pengertian yang berbeda sesuai dengan pandangan orang yang meninjaunya, akan besar kemungkinan objek dan lapangan pembicaraan filsafat itu akan berbeda pula. Objek yang dipikirkan filosof adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, baik ada dalam kenyataan, maupun yang ada dalam fikiran dan bisa pula yang ada itu dalam kemungkinan. Sehingga dalam hal ini hubungan  filsafat dengan agama adalah agama sebagai objek kajian filsafat.

Agama adalah salah satu materi yang menjadi sasaran pembahasan filsafat. Dengan demikian, agama menjadi objek materia filsafat. Ilmu pengetahuan juga mempunyai objek materia yaitu materi yang empiris, tetapi objek materia filsafat adalah bagian yang abstraknya. Dalam agama terdapat dua aspek yang berbeda yaitu aspek pisik dan aspek metefisik. Aspek metafisik adalah hal-hal yang berkaitan dengan yang gaib, seperti Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubungan manusia dengan-Nya, sedangkan aspek pisik adalah manusia sebagai pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat.

Tokoh Islam juga berpendapat adanya hubungan antara filsafat dan agama. Abu Hayyan Tauhidi, dalam kitab al-Imtâ' wa al-Muânasah, berkata, "Filsafat dan syariat (agama) senantiasa bersama, sebagaimana  syariat dan filsafat terus sejalan, sesuai, dan harmonis". Abul Hasan 'Amiri, dalam pasal kelima kitab al-Amad 'ala al-Abad, juga menyatakan, "Akal mempunyai kapabilitas mengatur segala sesuatu yang berada dalam cakupannya.

2.4 Pemecahan Masalah Melalui Filsafat

Pengetahuan di dapatkan dari pengamatan. Di dalam pengamatan indrawi tidak dapat di tetapkan apa yang subjektif dan apa yang objektif. Jika kesan–kesan subjektif di anggap sebagai kebenaran, hal itu mengakibatkan adanya gambaran–gambaran yang kacau di dalam imajinasi. Segala pengetahuan di mulai dengan gambaran–gambaran indrawi. Gambaran–gambaran itu kemudian di tingkatkan sampai kepada tingkatan–tingkatan yang lebih tinggi, yaitu pengetahuan rasional dan pengetahuan intuitif.

Di dalam pengetahuan rasional orang hanya mengambil kesimpulan–kesimpulan, tetapi di dalam pengetahuan intuitif orang memandang kepada idea–idea yang berkaitan dengan Allah. Disini orang di masukkan ke dalam keharusan ilahi yang kekal. Demikian menurut Baruch Spinoza sebagai salah seorang tokoh Resiesinalisme. Kegunaan filsafat yang lain ialah sebagai methodology, maksudnya sebagai metode dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah bahkan sebagai metode dalam memandang dunia ( world view). Dalam hidup kita banyak menghadapi masalah. Masalah artinya kesulitan. Kehidupan akan lebih enak jika masalah itu terselesaikan. Ada banyak cara dalam menyelesaikan masalah, mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Sesuai dengan sifatnya, filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian filsafat bersifat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah. Universal artinya filsafat ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas-luasnya agar nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin.


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflesif dengan manusia artinya keduanya tidak ada alat penggerak dan tenaga utama di dalam diri manusia, yang dikatakan alat dan penggerak tenaga utama pada diri manusia adalah akal, pikiran, rasa, dan kenyakinan. Dengan alat ini manusia akan mencapai kebahagiaan bagi dirinya. Agama dapat menjadi petunjuk, pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam menempuh hidupnya dengan harapan penuh keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan. Manakala manusia menghadapi masalah yang rumit dan berat, maka timbullah kesadaranyna, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak berdaya untuk mengatasinya dan timbulnya kepercayaan dan keyakinan.


3.2 Saran

Akal manusia itu nisbi. Tidak seluruh persoalan dapat diatasinya. Hendaknya dalam berfikir dan berperilaku, Al Qur’an dijadikan tolak ukur utama dalam menilai benar atau tidaknya keyakinan. Karena Al Qur’an pulalah yang dapat membawa manusia pada kebenaran yang hakiki.


DAFTAR PUSTAKA








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Studying At Home During Covid-19 Pandemic

During the Covid-19 pandemic all habits that were carried out by humans has totally changed. Habits that often carried out by humans in gene...